Jumat, 16 November 2012

PENGALAMAN KE TRANS STUDIO

Pengalaman Ke Trans Studio

Saya mau cerita mengenai pengalaman saya ke Trans Studio Bandung bulan November 2012. Saya kesana sekitar jam 10 pagi. Trans Studio masih siap-siap buka. Tapi yang antri sudah panjang karena banyak rombongan yang antri. Kebanyakan mereka berasal dari anak-anak sekolah. Tapi ada juga yang rombongan orang dewasa. Saya kebetulan pergi sendiri. Itupun karena hanya tertarik melihat seperti apa di dalamnya. 

Awalnya kita harus membeli tiket masuk seharga Rp. 150.000/orang ditambah kalau belum punya kartu Mega cash, akan dikenai lagi Rp. 10.000/kartu. Jadi saya membeli Rp. 160.000 dan mendapatkan kartu Mega cash berisi Rp.150.000. Saya antri karena banyaknya rombongan. Ini tidak efektif menurut saya, karena petugasnya dengan sibuk berkomunikasi melalui HT mengenai keadaan di atas. Trus jalur rombongan dan pribadi tidak dipisahkan. Ini membuat keluarga atau seorang solo traveler seperti saya yang tidak mempunyai rombongan besar merasa terpinggirkan. Karena rata-rata rombongan berjumlah diatas 20 orang, jadi kalau pergi sendiri jadi kerasa.

Naik ke atas by elevator, masih dihadang oleh antrian pintu masuk yang dibatasi mesin gesek. Ini masih tidak masalah. Karena petugasnya cukup sigap dan membantu menggesekkan kartu ke mesin sehingga kita tinggal masuk dan menerima kartu mega cash kembali setelah digesek. Otomatis saldo menjadi 0. 

Yang saya tahu kalau mau top up dengan menggunakan kartu kredit Bank Mega minimal Rp. 10.000. Kalau selain Bank Mega minimal top up Rp. 600.000. Jadi sebaiknya kalau anda tidak memiliki kartu kredit Bank Mega, harus top up dari sebelumnya dengan uang cash. Karena semua arena/makanan/minuman dibeli dengan dana yang ada di mega cash. Jadi kalau saldo anda Rp.0 seperti saya ketika habis digesek untuk masuk, maka anda tidak bisa membeli makanan/minuman/foto/merchandise lainnya. Hanya saja semua arena permainan gratis. Anda bisa menaikinya dengan leluasa berkali-kali. 

Ada juga VIP Zone. Jadi kalau anda tidak suka antri, anda bisa melalui jalur ini tentu dengan membayar lagi sejumlah dana sebesar Rp. 50.000/gelang. Jadi anda tinggal menunjukkan gelang tersebut, maka anda dapat menggunakan fasilitas tersebut. Tidak perlu antri panjang apalagi kalau arenanya favorit macam car racing atau f1 racing.

Karena saat itu masih pagi dan para rombongan masih berkumpul di luar untuk mencocokkan jumlah atau meeting/briefing, saya tidak mengalami antrian yang berarti. Sempat mencoba beberapa wahana yang mengocok adrenalin dan sayangnya ketika saya ingin mencoba car racing, baru buka jam 12 siang. Beberapa wahana buka mulai pukul 12.00 siang jadi ya kalau mau seharian di sini dengan harga seharga tiket masuk, boleh lah. Karena sekali keluar, anda tidak dapat masuk lagi. Berbeda dengan Universal Studio Singapore. 

Soal Merchandise, kalau anda menaiki sebuah permainan, biasanya ada beberapa yang menempatkan juru foto. Kalau anda menebusnya, anda harus membayar sekitar Rp. 100.000 ke atas. Tergantung ukuran dan fasilitas. Yang pasti harga berkisar Rp. 100.000 keatas. Harga Kaos juga untuk adult seperti saya Rp.129.000 Up. Kebetulan waktu itu ada seorang teman membeli kaos polo shirt yang ada krah nya berlogo trans studio seharga Rp. 250.000.  Menurut saya tergolong mahal. Karena mengingat di Bandung, anda bisa membeli kaos seharga Rp. 25.000 di Cihampelas.

Karena saya tidak sampai malam, jadi tidak tahu apa yang ada sampai malam di sana. Yang pasti, ada pertunjukan laser tiap hari. Yang saya tahu selain arena permainan macam dufan, ada juga dunia lain (saya tidak masuk), trus contoh studio trans mini, science centre, jelajah, dunia central, racing, dll. 

Secara keseluruhan, salut sama anak bangsa yang bisa bikin arena bermain seperti ini. Sekalipun kalau dibandingkan dengan Universal Studio atau Disney, jelas jauh kelasnya. Tapi kalau dilihat dari kacamata bisnis, sistem yang dibuat di Trans Studio bagus ya. Jadi staff juga tidak bisa korupsi mengingat semua transaksi harus menggunakan kartu mega cash. Tidak ada uang tunai yang beredar di sini dalam bentuk fisik sebenarnya. Trus soal fasilitas semua dijual menurut saya. Kalau tidak mau antri contohnya, anda harus membayar lebih. Membuat kita belajar disiplin. Mau memiliki foto kenangan anda di Trans, anda harus membayar lebih mahal dari biaya cetak diluaran. 

Hanya catatan saya ada 2 hal yang harus dibenahi : 
  1. Toilet. Kapasitas anak-anak untuk bermain di Trans Studio lebih banyak daripada orang dewasa. Entah tidak diajari untuk menyiram setelah buang air atau memang malas atau memang meniru perilaku yang sama dengan orang tuanya di rumah atau memang mereka tidak bisa membaca peraturan yang ditempel jelas-jelas besar di ruangan toilet, saya tidak tahu tapi yang jelas kamar mandi kotornya minta ampun. Seharusnya mereka (anak-anak sekolah) malu karena mereka kan sekolah harusnya diajari kesopanan yang benar. Dan kurangnya staff untuk kebersihan mengenai ini.
  2. Jalur antrian harusnya dipisahkan antara rombongan dengan pribadi/family yang datang dalam jumlah sedikit. Staff yang dibawah yang biasanya menggunakan HT harusnya lebih knowledgeable. Pengalaman saya, saya antri di tiket di bawah, sama petugasnya dibilang kalau bukan rombongan, saya bisa langsung naik ke atas, beli tiketnya di atas. Ya sudah, saya akhirnya kan menuju ke ekskalator mau naik, ternyata dihalangi sama petugasnya yang lain. Katanya dengan sebuah nada keras, "Antri ! Yang lain antri, kenapa situ nggak bisa antri ?!" Kurang lebih seperti itu. Saya sih tidak mempermasalahkan besar soal itu, hanya saja menurut saya hal itu jadi borok lama-lama. Iya kalau yang ditegur orang yang tidak tersinggungan seperti saya. Kalau orangnya tidak terima, bisa ramai lo itu. Waktu itu saya bilang kepada petugasnya, "Pak, saya disuruh sama bapak petugas yang didepan loket, katanya kalo bukan rombongan bisa langsung ke atas." Tapi dia tetap mengulangi kalimat yang sama seperti sebelumnya soal antri. Ya sudah, saya akhirnya mengalah dan kembali mengantri di loket pembelian tiket masuk.



Tidak ada komentar: